Langkah Menangkap Pengetahuan Program Inovasi
Pada dasarnya tiga tahun pelaksanaan UU Desa, telah banyak melahirkan model desa membangun. Dana Desa secara langsung membawa kemanfaatan tidak hanya dalam bentuk output pembangunan tapi keterampilan teknokratik dan politik dari pemerintah desa dan juga masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Meski demikian, kita kadang bingung untuk mendapatkan data desa-desa di kabupateen mana saja yang layak ditangkap pengalamanya karena penyimpulan kita terhadap desa tersebut berhasil melaksanakan program inovatif.
Berikut ini langkah-langkah menangkap pengetahuan dari suatu program inovasi desa dalam rangka menghasilkan dokumen pembelajaran: a. Identifikasi desa berikut nama-nama program/kegiatan yang sumber pendanaanya berasal dari Dana Desa. Bahan keterangan (baket) dapat diperoleh dengan cara: Pertama, mengumpulkan dokumen anggaran (RKPDesa dan APBDesa tiga tahun) lalu menganalisisnya untuk mendapatkan daftar program/kegiatan yang didanai melalui pos Dana Desa setiap tahunnya (desk study).
Kedua, mengumpulkan informasi praktik baik dari informan lokal (pemerintah desa, tokoh masyarakat, kesaksian penerima manfaat program dll), dari pemerintah kabupaten maupun dari para pendamping lokal desa maupun pendamping desa yang kesehariannya lebih banyak bersinggungan dengan desa dan masyarakatnya. Ketiga, uji dan tentukan beberapa nama desa dan tematik program/kegiatannya dari daftar yang telah didapatkan tadi, untuk ditindaklanjuti dengan kegiatan capturing. b. Capturing. Kegiatan ini identik dengan kegiatan penelitian snapshot yang berupaya mengumpulkan informasi dan data sejernih-jernihnya sebagai dasar pendokumentasian atas apa yang telah dilakukan oleh desa dalam membangun dirinya.
Dari kegiatan ini akan didapatkan pembelajaran berharga baik itu berupa informasi inovasi maupun rekomendasi strategis bilamana ada inisiatif untuk men-scaling up informasi inovasi tersebut. Inti dari data dan informasi utama yang harus dihasilkan dari capturing ini adalah cerita perubahan (story change) dari suatu desa pengguna Dana Desa. Artinya kegiatan capturing berupaya menemukan sisi noveltik bagaimana Dana Desa bekerja merubah desa penerimanya sehingga kondisinya jauh lebih baik dibanding sebelum menerima Dana Desa.
Kegiatan untuk mendapatkan informasi perubahan secara mendalam dan jernih terkadang membutuhkan waktu yang tidak singkat dan perlu melakukan konfirmasi ulang agar data yang kita kumpulkan dapat dipertanggungjawabkan viabilitasnya. Maka dari itu, untuk memperkecil tingkat deviasi data dan informasi yang kita kumpulkan, ada baiknya menemukan nara sumber yang sahih. Selain itu, juga perlu diback up dengan dokumendokumen penunjang yang dapat dipertanggungjawabkan tingkat keabsahannya. c. Verifikasi.
Data, informasi dan bahan keterangan yang telah dihimpun dari lapangan, kemudian disusun sedemikian rupa sehingga menampilkan penjelasan yang logis dan mudah dipahami audience-nya nanti. Belajar pada buku berjudul Poverty Reduction That Works Experience of Scaling Up Development Success (2008) isi capturing terdiri dari informasi: latar belakang munculnya program, formulasi program, goal dan tujuan program, elemen-elemen kunci program (target penerima manfaat, couverage area, aktivitas utama program, produk program, durasi program, dampak dan manfaat program bagi masyarakat, manajemen program, tantangan dan bagaimana pengelola program mengatasinya, pembelajaran berharga dan kesimpulan.
Bilamana data, informasi dan bahan keterangan yang terkumpul sementara belum memenuhi targetnya, maka perlu dilakukan verifikasi lagi. Artinya perlu dilakukan pemilahan, mana-mana saja data yang masih perlu didalami dan dikonfirmasi ulang ke lapangan, dan mana-mana data yang sudah cukup memadai. d. Formatting dan pengemasan. Pada tahapan ini, hasil capturing lapangan difinalisasikan dan disusun berdasarkan alur tertentu sehingga menampilkan alur cerita/informasi yang runtut. Misalnya menggunakan alur di atas. Kemasan pembelajaran yang akan dipublikasikan banyak pilihan. Seperti halnya dijelaskan pada bagian terdahulu, hasil pembelajaran (capturing) dapat diproduksi menjadi produk-produk pengetahuan dalam bentuk tertulis (buku, modul, dll), berbentuk audio visual (video, film pendek filler, iklan layanan masyarakat dll) ataupun bentuk audio (jingle, sandiwara radio, iklan layanan masyarakat dll).
Karenanya, pada tahapan ini sangat mungkin pelaku capturing akan membutuhkan pihak lain misalnya ahli dibidang pembuatan film pendek, ahli menyusun skenario sandiwara radio, dan ahli-ahli lainnya sesuai dengan kebutuhan kemasan yang dikehendaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar