Keberhasilan Prukades
Di beberapa daerah, implementasi Prukades sebagai program pengembangan ekonomi berbasis produk unggulan kawasan pedesaan, membuahkan hasil cukup menakjubkan. Di Kabupaten Halmahera Barat, dengan dukungan desa dan pemerintah daerah, berhasil m e n a n a mi jagung pada tanah seluas 20.000 hektar. Dengan fasilitasi Kemendesa PDTT menyangkut pembiayaan dan chanelling ke BULOHG dan perbankan, petani di Desa dapat memanen jagung hingga 80.000 ton. Demikian pula di Kabupaten Mesuji.
Kali ini produk unggulannya padi dan jagung. Dengan strategi yang sama, ditambah pemberian bantuan seperti mesin Rice Milling Plant (RMP), 6 unit mobil Pick Up yang diberikan pada 6 BUMDesa, bantuan dana 250 juta, satu paket peralatan packing, dengan luasan 43.497 hektar, para petani dapat memproduksi 217.410 ton per 1,5 masa tanam. Dengan mesin tersebut, dapat memroduksi beras dengan kapasitas 1,2 ton/jam dengan kapasitas waktu giling 8 jam/hari. Bila dirata-rata, pendapatan petani padi dan jadung dalam satu bulannya Rp3.010.000.
Angka ini jauh di atas UMR Mesuji yang henya senilai Rp1.908.447/bulan. Di Kabupaten Lampung Timur, prukades memberikan tiga macam dukungan yaitu pertama, pemerintah Kabupaten membantu pembangunan Dermaga Perikanan dan TPI, Pengolahan Pasca panen, pemasaran produk, pemberian kredit lunak petani ikan dan nelayan dan Cold Storage; kedua, membantu pembangunan jalan akses antar desa dan pabrik es mini; ketiga, memfasilitasi partnership pihak swasta, serta kerjasama dengan Bulog dan Himpunan Bank Milik Negara.
Pengembangan budidaya udang di Lampung Timur berhasil memantik skala ekonomi hingga 22.548 hektar dan menarik sejumlah investor seperti PT Central Pertiwi Bahari (CPB); PT Centra Proteina Prima (CP Prima); dan PT Indokom Samudra Persada. Ketiga investor ini berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan pasar udang, terutama dengan negara tujuan ekspor Asia dan Amerika. Infrastruktur pengairan yang strategis menjadi prrogram prioritas pendamping Prudes dan Prukades yaitu pembangunan embung desa. Pada hakikatnya, embung adalah sebuah bangunan konservasi air berbentuk kolam/cekungan untuk menampung air limpasan (run off) serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian.
Selain itu, bila dipoles dengan manajemen ecotourism maka embung memiliki daya taris wisata yang menjanjikan. Sehingga, selain berfungsi sebagai bangunan penampung dan penyimpan air, embung berfungsi pula sebagai piranti penarik wisata desa. Beberapa Desa mampu membuktikan hal tersebut. Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul berhasil menyandingkan eksotisme batuan purba buatan Tuhan dengan embung desa. Dengan manajemen wisata yang baik dan inovatif, mampu menyumbangkan pandapatan asli desa yang menjanjikan setiap tahunnya. Demikian pula dengan Desa Ngropoh di Kabupaten Temanggung.
Embung desa yang dibangun di suatu bukit mampu menjaga keberlanjutan para pekebun durian di desa tersebut yang sebelumnya kesulitan pasokan air. Alhasil kini perkebunan durian bergairan kembali, masyarakat tak perlu lagi khawatir kekeringan. Terlebih setelah ada embung, masyarakat Desa semakin terpanggil untuk menjaga kelestarian alam desanya yang sebagian besar berbukit-bukit. Dengan menghijaukan desa, maka cadangan air di embung selalu terjaga, dan lebih aman dari ancaman tanah longsor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar