Keterampilan yang harus dimiliki seorang
Pendamping Kelompok Masyarakat
Untuk mendukung ketiga peran tersebut di atas, seorang pendamping dituntut memiliki beberapa keterampilan pokok di bawah ini, yaitu :
1. Berkomunikasi dua arah (horisontal)
Bila kita konsisten dengan Pengertian Pendampingan seperti telah diraihkan sebelumnya, maka dalam berkomunikasi harus dua arah dan horisintal. Hal ini ditekankan guna menjaga hubungan yang sejajar antara pendamping dengan kelompok hubungan antara subyek dengan bukan subyek dengan obyek.
2. Beradaptasi (penyesuaian diri)
Kemampuan beradaptasi ini hendaknya dilihat bukan hanya secara sepihak dalam arti pendamping harus mampu menyesuaikan diri dengan gaya hidup, adat atau kebiasaan masyarakat. Tetapi juga kemampuan untuk Mengajak Masyarakat menerima hal-hal baru diluar gaya hidup atau kebiasaan mereka selama ini.
Kesalahan selama ini pendamping yang selalu harus bisa beradaptasi terhadap masyarakat, tetapi apalah artinya pendamping yang bisa melakukan penyesuaian diri tetapi gagal membawa kelompok masyarakatnya menyesuaikan terhadap perubahan yang dihadapi.
3. Studi dan analisis Sosial
Untuk dapat memahami dinamika dan realita sosial yang dihadapi oleh masyarakat serta Tujuan Pendampingan yang mengarah pada tingkat partisipasi dan kemandirian kelompok masyarakat, maka seorang pendamping dituntut untuk selalu mengasah kemampuannya dalam melihat struktur kemiskinan, ketergantungan dan keterikatan proses sosial pada tingkat mikro dan makro.
4. Menangani ketegangan dan konflik
Menangani ketegangan dan konflik disini bukan hanya yang terjadi di dalam kelompok masyarakat, tetapi juga menyangkut yang luar kelompok.
Sebab pekerjaan pendampingan yang berbeda. Mereka yang menolak perubahan atau dirugikan oleh inisiatif mandiri masyarakat, akan memilih pendamping sebagai target serangan.
Contoh : Keterikatan antara masyarakat dengan tengkulak/pengijon. Maka Kemandirian Masyarakat sebagai dampak dari proses pendampingan akan dilihat sebagai awal kematian pekerjaan mereka. Oleh karena itu pendamping akan dilihat sebagai musuh oleh para tengkulak/pengijon tersebut.
5. Belajar secara terus menerus
Bukan suatu pekerjaan yang mudah bagi pendamping (apalagi yang berada di daerah pedalaman) untuk dapat belajar secara terus menerus. Dalih keterbatasan dana, trasportasi dan sumber belajar akan menjadi alasan yang sah.
Padahal kemampuan seorang pendamping tidak akan cukup bila hanya mendasarkan pada Pelatihan awal sebagai persiapan sebagai pendamping.
Bila menyadari bahwa kelompok masyarakat pun mengalami perubahan dan perkembangan, jelas bahwa Kemampuan Pendamping bila tidak dikembangkan kelompoknya. Sumber belajar bagi pendamping hendaknya dilihat bukan hanya sebatas pelatihan dan buku, tetapi interaksi dengan berbagai pihakpun akan dapat dijadikan belajar yang efektif.
6. Animasi (Menghapuskan diri)
Kemampuan ini menjadi yang paling menantang bagi seorang pendamping bukan karena sulit untuk dilakukan, tetapi lebih karena adanya hambatan psikologis.
Seorang pendamping dengan bangganya akan menceritakan bagaimana kelompok masyarakat “menangis” dan merasa kehilangan ketika ia mengakhiri tugasnya sebagai pendamping disana.
Kalau Bapak pergi siapa lagi yang akan mendampingi kami ?
Pendamping akan merasa kecewa atau gagal bila kelompok masyarakat mengatakan : “terima kasih Pak atas bantuanya selama ini, kami sekarang tidak perlu bantuan Bapak lagi, kami sudah bisa membangun kelompok kami sendiri.
Padahal keberhasilan dalam proses pendampingan ialah ketika kelompok masyarakat yang didampingi telah mandiri dan mempunyai pendamping yang berasal dari mereka sendiri untuk melakukan proses pendampingan selanjutnya.
Dengan demikian kemampuan seorang pendamping untuk menciptakan Kader-kader Pendampin yang berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri merupakan indikator utama keberhasilannya sebagai pendamping, jadi bukan yang sebaliknya sebab proses pendampingan bukan untuk menciptakan ketergantungan baru bagi kelompok masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar