Berbagai METODE PENDAMPINGAN
Beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam Pengembangan Metode Pendampingan, diantaranya ialah :
1. Metode pendampingan dimengerti sebagai suatu proses kepasitasi Sumber Daya yang dimiliki oleh masyarakat hingga pada saat yang telah disepakati, kapasitasi bukan lagi unsur yang berasal dari luar kelompok.
2. Lembaga pendampingan yang men-“support” sejumlah Pendamping. Tidak menempatkan diri dalam konsep maupun praktek sebagai atasan dari kelompok masyarakat.
3. Adanya kebutuhan, masalah serta sumber daya yang dapat dikembangkan ditingkat masyarakat, tidak serta merta merupakan sebuah legalitas bagi lembaga untuk berbicara atas nama Masyarakat.
4. Konsep pengembangan dari bawah (bottom-up), secara sepihak sebenarnya telah menjadi semacam pengesahan bahwa masyarakat adalah pihak yang ada di bawah. Konsep Bottom-Up tidak sama dengan Partisipasi sejauh masyarakat hanya digerakkan untuk membuat usulan, membuat perencanaan sementara keputusan tetap berada pada sumber di luar masyarakat. Partisipasi harus menyiratkan kemandirian didalamnya dan sebaliknya.
5. Lembaga Pendampingan, bukanlah spesialis dibanyak bidang, sejalan dengan tingkat kematangan kelompok dan kompleksitas masalah, sejumlah sumber daya pendampingan baru sebagai mitra usaha kelompok perlu dijajagi dan difasilitasi komunikasinya untuk kepentingan keberlanjutan dan replikasi.
Sering terjadi dalam diskusi, orang mempertentangkan antara metode Bottom Up dengan Top Down. Di satu pihak meyakini bahwa Bottom-Up merupakan metode yang paling ideal untuk dugunakan didalam pengembangan masyarakat. Tetapi di lain pihak metode Top Down – lah yang paling efektif sebab akan mempercepat Proses Pengembangan Masyarakat dari pada Bottom-Up yang akan membutuhkan waktu yang lama.
Sebenarnya tidak ada suatu metode pendampingan masyarakat yang dapat dikatakan baku, sebab efektivitas dan efesiensi suatu metode pendampingan akan sangat ditentukan oleh ketepatan didalam penggunaan suatu metode itu sendiri.
Oleh karena itu janganlah tergesa menggunakan metode Bottom-Up apalagi Partisipasi kalau memang masyarakatnya belum siap untuk diajak berpikir dan bertindak seperti yang dimaksud dalam metode tersebut. Sebab bukan Bottom-Up atau partisipasi tetapi mobilisasi dan mengatasnamakan masyarakat yang akan terjadi.
Dalam kondisi yang demikian akan jauh lebih baik dan secara obyektif diakui bahwa program pendampingan dibuat oleh orang luar, tetapi untuk diterimanya oleh masyarakat dilakukan melalui proses pemahaman dengan Keputusan Ada di Tangan Masyarakat
Atau sebaliknya, dimana masyarakat sudah mampu berpikir kreatif dan berani mengambil inisiatif tetapi Proses Pendampingan masih menggunakan metode Top-Down. Tentunya hal ini akan mematikan kreativitas dan menimbulkan daya tolak dari masyarakat.
Demikian pula halnya dengan berbagai metode pendekatan pendampingan yang lain, seperti : Sosial Karitatif, Sosial Ekonomi, Sosio Reformasi maupun Sosio Transformis.
Ä Sosio Karikatif, adalah pendekatan yang melihat masyarakat sebagai pihak yang lemah, miskin dan tak berdaya, sehingga perlu dikasihani, diberi bantuan atau santunan dan sebagainya.
Ä Sosio Ekonomis, adalah pendekatan yang melihat masyarakat yang lemah, miskin tersebut akaan mampu mengatasi persoalan mereka bila kemampuan ekonomisnya ditingkatkan, misalnya denya dibantu dalam permodalan, ketrampilan teknis produksi, pemasaran dan sebagainya.
Ä Sosio Reformis, yakni lebih melihat masyarakat yang lemah, miskin diakibatkan oleh tidak berjalannya fungsi-fungsi sosial yang ada, seperti Kehilangan Rasa Aman, kehilangan sumber daya akibat bencana alam, peperangan dan sebagainya. Oleh karena itu upaya yang dilakukan adalah mengembalikan fungsi-fungsi sosial mereka.
Ä Sosio Transformis, yakni pendekatan yang lebih melihat masyarakat kecil, lemah dan miskin tersebut sebagai masyarakat yang telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam pergulatan hidup melawan Kemiskinan mereka. Jadi mereka itu tidak perlu dikasihani. Mereka hanya perlu diberi motivasi, kesempatan dan pengetahuan serta ketrampilan mereka lebih mampu Merencanakan Mengembangkan Potensi yang mereka miliki.
Dari keempat pendekatan tersebut tidak bisa dikatakan yang satu lebih hebat dari yang lain dalam hal pengembangan masyarakat yang lemah, miskin.
Sebab bila pendekatan Sosio Karikatif dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan ketergantungan; bila Sosio Ekonomis terus menerus akan menimbulkan sikap materialistis dan bahkan akan memunculkan kapitalis-kapitalis kecil; bila Sosio Reformis yang dilakukan hanya akan berhenti pada kondisi awal tidak ada perkembangan; dan bila Sosio Transformis yang dilakukan terus menerus hanya akan menjadikan masyarakat yang sebatas berani menghadapi kehidupan.
Oleh karena itu berbagai metode tersebut hendaknya dapat dipergunakan secara arif dan selalu mendasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak serta perkembangan masyarakat itu sendiri.
Yang terpenting di dalam penerapan berbagai metode tersebut harus mampu membawa pada proses pengalihan dari pendampingan eksternal menjadi pendampingan internal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar